Kamis, 26 Maret 2009

rumput laut

Pembudidataan Rumput Laut
Patrimony Keepers Indonesia
Nagari Sungai Pinang berada di daerah pesisir pantai Sumatera barat, sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan tradisional. Penghasilan sebagai nelayan tradisional sering tidak mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari. Darerah ini merupakan daerah yang terisolir yang dibatasi oleh perbukitan. Untuk bisa sampai kesana, ada dua jalur transportasi yaitu jalur darat dengan menggunakan ojek (sepeda motor) dan laut dengan menggunakan kapal kecil. Sedangkan jumlah alat transportasi yang tersedia masih sangat terbatas, sehingga mempengaruhi akses masyarakat untuk keluar. Untuk jalan darat baru difungsikan dua tahun belakangan.
Dilatarbelakangi kondisi masyarakatnya yang sedemikian rupa dengan segala macam bentuk kekurangan tersebut menimbulkan keinginan kami dari NGO Patrimony untuk mencoba menggali potensi yang ada di daerah tersebut.
Berawal dari sana, maka kami melihat adanya dukungan potensi sumber daya alam Nagari Sungai Pinang ini, dengan perairan berkarang dan relatif tenang akan sangat menunjang dalam usaha pengembangan budidaya rumput laut. Dukungan sumberdaya manusia yang sebagian besar adalah nelayan tradisional dan ketergantngan merek yang sangat kuat akan laut sebagai sarana pemenuhan perekonomian, peluang untuk mengembangkan jenis usaha alternatif ini sangat besar.
Munculnya ide awal dari program budidaya rumput laut ini didasari oleh observasi yang dilakukan pada masa sebelumnya. Dimana ada beberapa anggota kami yang juga tergabung dalam kelompok-kelompok studi kecil disebuah perguruan tinggi negeri mengadakan perjalanan ke daerah Sungai Pinang ini untuk melakukan sebuah riset kecil-kecilan. Disini kami melihat bagaimana sebuah masyarakat yang dapat dikategorikan sebagai daerah terpencil yang bahkan bisa dikatakan tidak tersentuh oleh program pembangunan pemerintah. Dari sini kami mulai berfikir secara kontiniu, apa yang bisa kita perbuat untuk masyarakat di daerah ini.
Akhirnya kami berasumsi bahwa ; ”masyarakat adalah suatu kesatuan yang sangat erat dengan alam dan budayanya”. Beranjak dari pemikiran tersebut kami mulai menggali potensi alam dan budaya dari masyarakat Sungai Pinang ini, kemudian kami melihat potensi laut mereka yang sangat luar biasa jika dikelola dengan baik dan bijak. Setelah itu kami mulai bergerak kearah solusi apa yang coba ditawarkan sebagai alternatif dari kondisi desa mereka. Seperti mulai mendapat jawaban ketika ditemukan bahwa masyarakat mempunyai keinginan untuk memulai kembali pembudidayaan rumput laut yang telah lama mereka tinggalkan. Masyarakat Sungai Pinang menginginkan kembali pembudidayaan rumput laut dikarenakan rumput laut juga mempengaruhi sektor mata pencarian utama mereka sebagai nelayan pukat tepi, dimana nelayan pukat tepi di sungai pinang juga di untungkan oleh pembudidayaan rumput laut. Dengan adanya rumput laut di sungai pinang ikan lebih banyak masuk perairan tempat nelayan pukat melakukan kegiatan memukat. Secara lansung pemberdayaan rumput laut di Sunai Pinang tidak hanya berdampak positif pada nelyan yang akan membudidayakan rumput laut tetapi jua berdampak pada nelayan pukat. Hal tersebutlah yang mendorong kami untuk melakukan sebuah program pemberdayaan dengan tujuan melepaskan masyarakat dari kemiskinanya dengan sumber daya yang dimilikinya dan budaya maritim yang mereka miliki{ketergantungan akan sumber daya laut dalam pemenuhan kebutuhan-” mata pencaruian”.}
Untuk itu Patrimony Keepers Indonesia mencoba memfasilitasi pembudidayaan rumput laut dalam upaya meningkatkan penghasilan nelayan miskin. Dengan tujuan mendorong dan melibatkan masyarakat secara partisipatif dalam Program ini. Dan bertujuan dapat Membantu keluarga-keluarga nelayan yang berpenghasilan rendah dapat meningkatkan penghasilannya. Dilatarbelakangi telah adanya budidaya rumput laut sebelumnya yang dikelola secara bersama oleh anggota keluarga maka kami akan mengelola program ini per keluarga sebagaimana kebiasaan yang mereka miliki pada budidaya rumput laut sebelumnya.
Untuk menghindari terjadinya konflik dalam masyarakat pada waktu pelaksanaan program ini mengharuskan Patrimony Keepers Indonesia membuat skala prioritas penerima bantuan dalam program ini. Dengan tujuan memanimalisir resiko konflik yang mungkin terjadi selama implementasi. Beberapa ukuran dasar akan digunakan untuk memilih keluarga-keluarga yang dapat dipilih sebagai penerima bantuan yaitu :
1. Keluarga nelayan miskin.
2. Keluarga yang memiliki lebih dari 5 anggota keluarga (suami, istri, serta tiga orang anak).
3. Berkeinginan untuk mengikuti aturan dan mengambil bagian dalam program dengan kemauan keras untuk berhasil serta dilegitimasi oleh Patrimony Keepers Indonesia.

Deskripsi Mengenai Kegiatan
• Membantu memperbaiki kehidupan masyarakat di sektor ekonomi dengan membantu keluarga-keluarga nelayan yang berpenghasilan rendah. Program ini akan dilaksanakan di Nagari Sungai Pinang
• Berdasarkan pengalaman sebelumnya dalam pelaksanaan program pemulihan sistem mata pencaharian, Patrimony Keepers Indonesia akan mengambil langkah-langkah penerapan program sebagai berikut :
1. Patrimony Keepers Indonesia mengobservasi masyarakat yang di targetkan dan melakukan penilaian detail terhadap keluarga penerima dengan memakai skala indikator.
2. Setelah melakukan penilaian, Patrimony Keepers Indonesia dan penerima melaksanakan pertemuan masyarakat yang juga akan dihadiri oleh Wali Nagari dan tokoh masyarakat setempat.
3. Pembentukan sistem kerja kelompok dan pemilihan kerja kelompok serta pengaturan mekanisme kerja dan kelompok (Punish and Reward).
4. Memulai pekerjaan serta melaksanakan proses monitoring dan evaluasi.
• Teknis pelaksanaan program adalah : dengan mencari 10 (sepuluh) penerima bantuan dan akan dibina dalam kelompok yang terdiri dari 2 (dua) kelompok. Dimana masing-masing anggota kelompok mereka bertanggung jawab atas pekerjaan mereka. Dengan sistem tanggung renteng (bersama-sama) dalam setiap tahapan yang harus dilalui.
Pastisipasi Masyarakat
• Adanya keinginan masyarakat untuk memperbaiki perekonomian mereka yang selama ini terfokus pada kegiatan penangkapan ikan. Hasil tangkapan ikan yang tergantung pada musim tidak dapat memenuhi kebutuhannya. Kondisi ini memicu masyarakat untuk mengembangkan mata pencaharian. Patrimony Keepers Indonesia membentuk kelompok-kelompok kecil dalam masyarakat untuk mengelola pembudidayaan rumput laut yang akan dilegitimasi oleh Patrimony Keepers Indonesia.
• Diharapkan dengan adanya program pembudidayaan rumput laut ini, masyarakat akan mempunyai penghasilan tambahan untuk pemenuhan kebutuhan hidup mereka.

5 komentar:

  1. bikin es rumput laut aja..
    atau poteto rasa rumput laut...
    wuidih...enak banget pasti..

    BalasHapus
  2. bener banget cin gw stuju2 bgt ama loe..
    bener tuh, hari gini penghasilan tambahan alias pitih masuak emang lagi perlu banget, buat dapur... biar bisa tetep ngebul... ya g???

    BalasHapus
  3. ngomong2 cin kita2 aja nih yang ada di blog ini???
    sepi bgt ya.... ???

    BalasHapus
  4. Nih tambah satu orang lagi yag ada di Blog ini,,,
    Prabu

    BalasHapus